Petruk....hanyalah Petruk....bukan siapa-siapa, bukan apa-apa. Derajadnya adalah batur, abdi dan pelayan. Tapi ia bisa ada dimana-mana....karena Petruk adalah jiwa....Petruk adalah daging....Petruk adalah hati....Petruk adalah mata....Petruk adalah personifikasi rakyat, yang punya hati, punya daging, punya mata, yang jiwanya bisa terluka, sakit dan berontak dengan sekitarnya. Ia bisa benci, muak dan sangat reaktif melihat kenyataan, melihat bangsanya, melihat penguasanya, melihat apa saja disekelilingya semakin rusak, tatanan negara semakin kacau, dan rakyatnya semakin tidak terjamin kesejahteraannya. Sebagai warga negara yang sangat mencintai negaranya ia terpanggil untuk mendarmabaktikan tenaga dan jiwanya merubah itu semua. Ia beranggapan untuk dapat memberi pelajaran, kritik dan mengingatkan para bendaranya yang seakan terlena dan mabuk kekuasaan, tidak ada jalan lain kecuali harus mempunyai power, daya saing, bergaining yang kuat dan seimbang dengan penguasa. Maka jadilah ia seorang Raja di negara Loji Tengara dan bergelar Prabu Belgeduwelbeh....Petruk jadi raja....adalah gambaran kekuatan rakyat......yang apabila bersatu, besar dan kuat tidak ada satupun yang bisa menghalanginya....termasuk kekuasaan.
Itulah sedikit gambaran cerita Petruk Ratu yang akan dipentaskan oleh ke-4 (Ki Geter, Ki Eko Suwndo, Ki Sulis dan Ki Ling) dalang anggota Paguyuban Dalang Muda SUKRA KASIH pada peregelaran rutin 2 bualanan bekerja sama dengan Tembi Rumah Budaya pada tanggal 13 Mei 2011. Pementasan kali ini mencoba suatu terobosan baru pementasan wayang gagrak Yogyakrata. Yaitu ke-4 dalang akan pentas dalam 2 kelir konvensional dan satu layar screen ditengah. Pengembangan pakeliran ini sebagai bentuk kepedulian SUKRA KASIH terhadap perkembangan seni pedalangan di Yogyakarta. Selalu berusaha, berproses dan mengembangkan daya olah cipta, rasa dan karsa mewujukan sebuah pementasan wayang yang berkwalitas dan ke-kinian. Sumangga.....Salam Budaya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar